Kamis, 15 Agustus 2019

Pengaruh Musik Terhadap Tingkat Kecemasan Anak pada Saat Cabut Gigi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 
kecemasan anak
Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut sebesar 25,9% dalam 12 bulan terakhir. Khususnya provinsi Jawa Tengah tercacat memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 25,4% dan hanya sekitar 31,1% yang menerima perawatan dan pengobatan gigi dan mulut dari tenaga medis (Perawat gigi, Dokter gigi, atau Dokter gigi spesialis), sedangkan 68,9 lainnya tidak menerima perawatan gigi dan mulut. Secara keseluruhan dan keterjangkauan masyarakkat Indonesia untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi hanya sekitar 8,1%. (RISKESDAS, 2018).
 Perawatan gigi dan mulut yang dapat diterima oleh masyarakat terdiri dari beberapa jenis salah satu diantaranya adalah ektraksi gigi. Ekstraksi gigi merupakan proses pencabutan atau pengeluaran gigi dari tulang alveolar (Harty, 1995). Namun menurut penelitian yang dilakukan Wardle yang di kutip Tangkere pada tahun 2013 dalam penelitiannya mengenai gambaran tingkat kecemasan pada pasien saat menjalani prosedur ekstraksi gigi dengan mendengarkan musik mozart di pukesmas Tuminting menunjukkan bahwa prosedur ektraksi gigi merupakan prosedur yang membuat terjadinya kecemasan pada seseorang (Tangkere, 2013). 
Menurut World Health Organization (WHO) antara 1990 sampai 2013 jumlah orang yang mengalami kecemasan meningkat hampir 50%, yaitu sekitar dari 416 juta menjadi 615 orang, mendekati 10% dari populasi dunia. WHO memperkirakan bahwa dalam keadaan darurat 1 dari 5 orang akan mengalami kecemasan (WHO. Depression Anxiety Treatment, 2016). Berdasarkan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2018, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditujukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan di Indonesia adalah sebesar 6% atau sekitar 14 juta orang ( RISKESDAS, 2018).

Kecemasan merupakan respon normal yang sering terjadi dan dialami oleh semua orang ketika menghadapi sesuatu yang di anggap mengancam dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang (Pusparatri, 2015). Didalam literatur kedokteran gigi istilah yang seing digunakan untuk menggambarkan kecemasan pasien ketika berada di klinik gigi disebut dental anxiety (Widayati, 2000). Kecemasan dental merupakan suatu kecenderungan merasa tidak nyaman terhadap perawatan gigi dan mulut (Koch & Poulsen, 2003). Kecemasan dental telah diidentifikasikan sebagai masalah yang signifikan dan umum pada anak-anak dan dianggap sebagai kendala dalam pemberian perwatan gigi yang berkualitas (Eli I, 1993. Dental Anxiety).

 Kecemasan dental pada anak biasanya terjadi pada kelompok anak-anak usia 6-8 tahun, usia tersebut merupakan usia dengan tingkat kecemasan tertinggi, dental anxiety pada anak usia 6-8 tahun biasanya timbul karena belum adanya pengalaman ke klinik gigi, mendengarkan pengalaman dari orang lain seperti teman atau anggota keluarganya yang sudah pernah ekstraksi gigi, atau kurangnya pengetahuan maupun informasi mengenai perawatan yang akan dilakukan. Kecemasan dental pada anak menyebabkan anak sering menunda bahkan menolak untuk dilakukan perawatan gigi dan mulut di klinik gigi. Hal tersebut dapat mengaibatkan bertambah parahnya kondosi kesehatan gigi dan mulut pada anak (Rehatta dkk, 2014). Kecemasan pada saat ektraksi gigi sering disebabkan oleh penggunaan benda-benda tajam seperti jarum, bein, dan tang yang dimasukkan secara bergantian kedalam mulu. Masalah serius bisa terjadi apabila kecemasan membuat pasien tidak bisa bekerjasama sehingga menghambat kinerja dokter atau peerawat gigi dalam melakukan prosedur ekstraksi gigi (Tangkere H). Saat pasien cemas juga terjadi stimulasi sistem saraf simpatis yang dapat mengakibatkan peningkatan curah jantung dan vasokontraksi anterior, sehingga meningkatkan tekanan darah (Berma A, 2009).

 Karena kecemasan pasien dianggap mempengaruhi kinerja dokter atau perawat gigi dalam melakukan tindakan maka kecemasan pasien perlu mendapatkan perhatian. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada pasien, salah satunya yaitu distraksi. Distraksi merupakan pengalihan perhatian pada sesuatu hal lain, hal ini bertujuan agar pasien fokus terhadap sesuatu hal lain agar tidak terfokus pada rasa nyeri yang di alami (Berman dkk, 2009). Distraksi visual merupakan salah satu teknik distraksi yang cukup baik karena mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Caranya yaitu memfokuskan perhatian pada sesuatu hal, misalnya mendengarkan musik (Maharezi, 2014). Mendengarkan musik merupakan salah satu cara yang mudah dan efektif untuk menrunkan kecemasan pasien anak sebelum mereka menjalani tindakan ekstraksi gigi. Mendengarkan musik ini juga telah dikembangkan sebgai terapi keperwatan untuk menangani kecemasan pada pasien, terbukti berguna dalam proses perawatan yaitu memberikan perasaan rileks kepada pasien 
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang”Pengaruh Musik Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Pada Saat Cabut Gigi”.

DAFTAR PUSTAKA
1.Anonim. 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesdas). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018. h.110. 
2.Yahya Nurani. dkk. 2016. “Gambaran Kecemasan Pasien Ekstraksi Gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unsrat”. 
3.WHO. Depression Anxienty Treatment [Versi Elektronik]. 2016 
4.Abdillah Nova. Edwyan saleh. 2010. “Pengaruh Musik Mozart Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Dokter Gigi. Yogyakarta. 
5.Bachri Syamsul. dkk. 2017. “Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Pencabutan di RSGM FKG Universitas Jember. Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol 5(No.1) 
6.Permatasari Resya. 2013. “Hubungan Kecemasan Dental Dengan perubahan Tekanan Darah Pasien Ekstraksi Gigi di Rumah sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Hj. Halimah”. Makasar. 7.Widiyaningtyas Sri. 2014. “Prevalensi Pasien Terhadap Rasa Cemas / Rasa Takut Sebelum Tindakan Pencabutan Gigi di RSGMP Kandea”. Makasar 
8.Huberty, T.J. 2004. Anxiety and anxiety disorders in children: information for parents [Versi elektronik]. 
9.Masitahapsari BN, Supartinah dan Lukito E. 2009. Pengelolaan rasa cemas dengan metode modelling pada pencabutan gigi anak perempuan menggunakan anestesi topikal, Majalah Kedokteran Gigi. 
10.Mantiri Melina. dkk. “Gambaran Kecemasan Pasien Menggunakan Terapi Musik Klasik pada Prosedur Ekstraksi Gigi di RSGM PSPDG FK Unsrat”. Manado. 
11.Prasetyo Eric. “Peran Musik Seabgai Fasilitas dalam Praktek Dokter Gigi Untuk Mengurangi Kecemasan Pasien”. 2005. Maj Ked Gigi (Dent J), Vol.38. No. 1